“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain” -- “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”
Minggu, 13 November 2011
5 Prinsip Membangun Personal Brand
5 Prinsip Membangun Personal Brand
Ada personal brand yang bisa terbentuk dengan sendirinya, ada pula yang terbentuk karena usaha-usaha secara sadar. Namun, kebanyakan kasus dalam dunia pemasaran dan penjualan modern, personal brand itu dibangun secara sengaja, terencana, memakan waktu tertentu, serta dengan upaya-upaya berkelanjutan. Bagi seorang pelaku MLM, entah itu di level pemula maupun senior (leader), personal brand memang sebaiknya dibangun sejak awal. Seorang top leader MLM biasanya—secara sadar atau tidak—sudah merintis pembentukan personal brand.
1.Brand Diciptakan
Sekalipun personal brand bisa saja tercipta sendiri, namun upaya yang lebih strategis adalah dengan secara sadar, terencana, dan konsisten menciptakan sendiri dan kemudian mengembangkannya. Brand yang diciptakan dan dibangun secara terencana biasanya relatif bisa lebih terarah hasilnya. Sementara brand yang dibiarkan mengambang tanpa arah bisa-bisa tidak mendatangkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Sejak awal seorang pelaku MLM bisa memilih brand apa yang hendak dia bangun. Apakah lebih fokus kepada pengembangan merek diri sebagai seorang leader dengan ciri dan karakter tertentu, atau fokus membangun merek jaringannya.
2. Brand Digali
Brand bisa digali dari kelebihan maupun kekurangan seseorang. Bahkan, brand yang digali dari dalam diri kadang memiliki kekuatan lebih. Mat Zeni, mantan tukang sol sepatu, adalah seorang leader MLM yang berhasil membangun brand dari apa yang oleh masyarakat dipandang sebagai kekurangannya. Dia buktikan, orang bawah dan tanpa pendidikan pun bisa sukses di MLM.
Orang pun bisa memupuk brand dari kelebihan-kelebihannya. Semisal, bila jago merekrut, jago memotivasi, jago mempengaruhi orang, jago menjual lini produk tertentu, lalu kelebihan itu dipoles dan dikomunikasikan sedemikian rupa, sehingga menjadi semacam merek dagang.
3. Simpel dan Fokus
Prinsip sebuah brand haruslah sederhana dan fokus.
Mengapa? Ya, supaya brand itu mudah diingat dan bertahan lama dalam ingatan. Contoh, seorang pelaku MLM mem-brand diri sebagai Network Marketer No.1 Indonesia dan fokus di situ. Apabila bertahun-tahun konsisten memperkuat brand tadi, maka orang pun akan mengingatnya sebagai network marketer nomor satu juga. Sementara, bila brand terlalu ribet perumusannya dan tidak fokus, tentu akan membingungkan siapa saja.
Misalnya, seorang pelaku MLM mem-brand diri sering berubah-ubah sebagai Network Marketer No.1 Indonesia, Leader No.1 Indonesia, The Most Popular Motivator in MLM, dst, maka brand mana yang akan diingat orang? Bisa-bisa, semuanya malah berlalu karena tidak punya kekuatan.
4. Harus Dikomunikasikan
Begitu brand sudah diciptakan, dia harus dikomunikasikan secara terus-menerus sampai menancap di benak domain market. Frekuensi harus diperhatikan dan tidak boleh mengendor, terlebih pada tahap awal. Bila brand sudah dikenal dan menancap di benak khalayak, maka yang dibutuhkan kemudian adalah upaya memelihara brand tersebut agar sustainable dan tidak meredup.
Apabila orang sudah menciptakan brand, tugas dia adalah memelihara dan terus memperkuat. Brand yang kuat sekalipun bisa meredup, mulai dilupakan orang, dan bahkan hilang dari peredaran. Jika demikian, efek dari personal brand itu sudah tidak ada lagi.
5. Hukum Penampakan
Tidak ada brand yang bisa kuat dan menancap di benak khalayak bila dia tidak pernah kelihatan di public space. Orang yang sering muncul di media seperti televisi atau media cetak, pasti mudah sekali dikenali oleh publik.
Begitu juga orang-orang yang sering muncul di seminar-seminar, tempat diskusi, rapat-rapat, dan berbagai kesempatan lainnya. Pendek kata, semakin sering orang kelihatan di ruang publik, semakin mudah pula publik mengenal dan mengingatnya. Begitu pula sebaliknya.
Oleh sebab itu, pelaku MLM yang ingin sukses dalam mem-brand diri harus sesering mungkin menampakkan diri melalui berbagai saluran dan kesempatan. Misalnya, tampil sebagai motivator atau pembicara di panggung, wawancara di media, menulis buku, membuat brosur pribadi, kartu nama dengan foto, bahkan mengiklankan diri.(ez)
- apli XXXV januari-maret 2007 -
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar