Minggu, 06 November 2011

Membangun kebiasaan unggul top leader MLM


Membangun kebiasaan unggul top leader MLM


Dalam serial buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki sering menyatakan bahwa bisnis MLM merupakan sekolah bisnis yang sangat bagus untuk dimasuki oleh setiap orang yang ingin maju secara finansial. Sementara dalam sebuah wawancara, Andrias Harefa, penulis buku-buku bestseller, juga menyatakan bahwa bisnis MLM merupakan salah satu wadah pembelajaran kewirausahaan yang sangat bagus bagi generasi muda. Pendek kata, MLM dapat diposisikan sebagai sebuah Sekolah Kehidupan.

Pandangan-pandangan di atas tidak mengada-ada sama sekali. Bisnis MLM memang menawarkan rangkaian proses pembelajaran yang mungkin tidak akan ditemui di tempat lain. Dalam bisnis ini, orang benar-benar ditantang untuk melakukan proses pengembangan diri semaksimal mungkin. Jika tidak mampu menjalani proses tersebut, maka bisa dipastikan keikutsertaan seseorang di bisnis ini akan seumur jagung saja.

Dalam proses pembelajaran di bisnis MLM, salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan adalah membangun kebiasaan-kebiasaan unggul. Kebiasaan unggul ini bisa didapat dari berbagai pengalaman langsung di lapangan, atau dari proses penalaran dan pengembangan yang sinergis antara pengalaman sendiri dengan pengalaman orang lain. Hampir semua top leader MLM menjadikan pengalaman sendiri sebagai salah satu sumber utama strategi pengembangan bisnisnya. Namun, tak jarang pula pengalaman dari sumber-sumber luar juga menjadi inspirasi dan menjadi sangat membantu pengembangan bisnis.

Sukses para top leader MLM sejatinya berasal dari kebiasaan-kebiasaan mereka yang positif dan unggul. Kebiasaan itu dipupuk dan dikembangkan selama bertahun-tahun sampai sungguh-sungguh menampakkan hasil. Semisal, kebiasaan dalam hal merekrut secara rutin para member atau calon leader baru, kebiasaan berpikir sebagai seorang pemenang, kebiasaan mengatasi masalah dengan kebijaksanaan seorang pemimpin sejati, kebiasaan mengembangkan keterampilan dan potensi diri, dll.

Nah, bagi seorang pemula di bisnis ini, tugas yang sama juga harus dilakukan, yaitu membangun kebiasaan unggul sebagaimana juga dilakukan oleh sponsor atau upline leader mereka. Pada prinsipnya, keseluruhan prinsip yang diulas dalam rubrik ini adalah hal-hal yang sifatnya mendasar dan perlu dijadikan sebagai kebiasaan sukses seorang distributor MLM. Namun, tetap ada yang namanya kebiasaan “biasa” serta kebiasaan yang sifatnya “unggul”.

Lalu, apa itu kebiasaan “biasa” dan kebiasaan “unggul”? Kebiasaan “biasa” sebenarnya merujuk kepada prinsip-prinsip mendasar, yang pastinya wajib dijalankan atau dikuasai. Kebiasaan “biasa” di sini tidak bisa diartikan sebagai kebiasaan yang tidak istimewa atau kurang bernilai. Sebaliknya, kebiasaan “biasa” adalah kebiasaan standar yang menjadi basic dari kesuksesan. Kebiasaan “biasa” yang standar itu sama pentingnya dengan kebiasaan “unggul”, karena kebiasaan-kebiasaan itu juga menjadi fondasi kesuksesan.

Sementara kebiasaan “unggul” bisa diartikan sebagai kebiasaan khusus yang diyakini bisa mempercepat, memperkuat, dan melestarikan kesuksesan seorang leader MLM. Merekrut member baru itu adalah kebiasaan yang “biasa”. Mengapa? Karena ini merupakan standar aktivitas yang harus dilakukan oleh setiap distributor untuk mengembangkan sebuah grup MLM. Nah, kebiasaan merekrut itu baru disebut unggul bila diarahkan pada hasil rekrut yang sangat berkualitas, serta mampu melahirkan para calon leader baru.

Lalu, apa saja kebiasaan unggul para top leader MLM yang bisa diteladani dan dibangun oleh para pemain baru di bisnis ini? Kebiasaan unggul top leader MLM itu beragam sekali, bahkan bisa berbeda-beda terkait dengan konteks perusahaan dan masa perkembangan MLM itu sendiri. Namun, ada beberapa kebiasaan unggul yang sifatnya lebih universal—dan bisa dipelajari kapan pun serta oleh siapa pun—yang sangat bermanfaat bagi pengembangan karakter sukses seorang top leader MLM. Anda bisa simak dalam tulisan “5 Kebiasaan Unggul Top Leader”.[ez]

- apli XXXIV oktober-desember 2006 -



5 Kebiasaan Unggul Top Leader

Hampir semua top leader MLM memiliki kebiasaan-kebiasaan unggul yang memperkuat karakter mereka, menghantarkan mereka ke puncak pencapaian, serta menjadikan sukses mereka di bisnis ini berkelanjutan. Apabila kebiasaan-kebiasaan top leader ini dilakukan oleh setiap distributor MLM, maka peluang mereka untuk dapat meraih kesuksesan juga semakin terbuka lebar. Apa saja kebiasaan unggul para top leader MLM? Berikut prinsip-prinsipnya.

1. Menjadi Pemenang
Seorang top leader MLM adalah juga seorang pemenang. Berpikir positif sebagaimana dilakukan oleh para pemenang sudah harus menjadi menu utama dalam upaya kita membangun jaringan bisnis MLM. Memberi komentar-komentar positif yang jujur dan tulus kepada orang lain merupakan investasi kepribadian. Maka, jika kita mulai berpikir dan mengatakan hal-hal negatif, berhentilah! Sebab, seorang top leader MLM selalu mengatakan hal-hal yang mengindikasikan bahwa memang ia adalah seorang pemenang. Dan, pemenang sejati adalah mereka yang— bukan saja bisa membuat orang lain merasa jadi pemenang, tetapi—sungguh-sungguh mampu menjadikan orang sebagai pemenang.

2. Menjadi Duta Besar
Seorang top leader MLM memiliki posisi strategis di antara perusahaan sebagai mitra dengan grup yang dikembangkannya serta masyarakat umum sebagai pelanggan mereka. Karena tanggung jawab yang besar inilah, maka dalam bersikap, berbicara, dan berperilaku, para top leader ini harus sangat berhati-hati. Sebagai panutan para distributor sekaligus mitra strategis perusahaan MLM, mereka tak ubahnya mercusuar yang harus memandu kapal-kapal yang berlalu-lalang dengan segala tujuan dan kepentingannya. Nah, prinsip ini sejatinya juga harus dipegang oleh setiap leader di berbagai jenjang kedistributoran. Bahkan, prinsip ini harus sudah harus diduplikasikan dalam jaringan sejak dini.

3. Terus Melahirkan Pemenang
Rutin merekrut bukanlah keharusan bagi distributor baru saja. Sebab, dari merekrutlah dibuka kemungkinan lahirnya para pemenang atau leader baru. Seorang top leader yang sudah mapan dan sangat senior pun harus terus merekrut member baru. Tentu saja, cara merekrut seorang top leader pasti sedikit beda nuansanya dengan mereka yang baru bergabung. Yang pasti, top leader mampu merekrut orang dengan cara yang elegan, efektif, dan efisien. Dan, kemampuan hebat ini malah sudah menjadi kebiasaan yang semakin memantapkan posisinya.

4. Mendewasakan Leader
Rutin merekrut member memang penting. Namun, tak kalah penting lagi adalah kebiasaan menemukan member yang berbakat memimpin jaringan. Merekalah yang nantinya bisa kita andalkan untuk membangun dan mengembangkan organisasi bisnis bersama-sama. Faktanya, memang banyak distributor baru yang puas hanya sebagai pelanggan, memperoleh harga diskon, namun tidak berniat mengembangkan bisnis. Nah, seorang top leader memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk menemukan para leader baru.

Kemudian, lebih dari sekadar menemukan leader baru, seorang top leader harus mampu menggembleng dan mendewasakan para leader baru. Kemampuan ini pun harus dijadikan sebagai sebuah kebiasaan unggul. Kita semua tahu, bisnis MLM penuh dengan tantangan dan beragam persoalan. Dan, tugas top leader-lah untuk mematangkan mereka supaya menjadi leader yang matang oleh pengalaman dan kuat oleh tantangan. Semakin banyak leader baru yang berhasil dimatangkan dan didewasakan, maka akan semakin mapan pula posisi seorang top leader. Namanya akan semakin melegenda. Dan, ini sungguh-sungguh dapat memperkuat jaringan bisnis grup yang dibangun dan dikembangkan.

5. Terus Asah Gergaji
Inilah nasihat Stephen Covey yang tidak akan lekang oleh waktu. Bahwasannya, kita harus selalu mengasah diri dan menjalani proses pembelajaran sepanjang hayat. Apa yang telah kita pelajari, kita kuasai—bahkan kalaupun itu sudah merupakan kebiasaan—ada kalanya mengalami penumpulan. Sama seperti gergaji yang tidak tajam lagi— sekalipun masih bisa dipakai untuk memotong balok kayu—tetapi waktu dan tenaga yang dibutuhkan pastilah lebih banyak. Itu berarti, kita tidak lagi bisa meraih tujuan secara efektif dan efisien.

Seorang top leader MLM, dengan segala kemapanan posisi kedistributoran, senioritas, dan pengalamannya yang kaya di industri ini, tetap membutuhkan amunisi baru. Amunisi ini berupa keterampilan-keterampilan baru, wawasan baru, kreativitas baru, dan berbagai hal yang bermanfaat—bukan saja untuk dirinya sendiri, namun juga bermanfaat bagi jaringan bisnisnya. Mengapa perlu amunisis baru? Karena, segala sesuatu berubah, dan persoalan baru tidak selalu bisa diselesaikan dengan paradigma lama.[ez]

- apli XXXIV oktober-desember 2006 -











Tidak ada komentar:

Posting Komentar